KEBUDAYAAN
DAERAH GUNUNGKIDUL
Upacara
Cing-Cing Goling
Upacara Cing-Cing Goling dapat
dikategorikan sebagai upacara selamatan
atau ungkapan rasa syukur. Perayaan ini rutin dilakukan setiap tahun di
Dusun Gedangan, Desa Gedangrejo,
Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul. Pada setiap perhelatannya, Upacara Cing-cing
Goling mampu menjadi magnet yang menarik
perhatian masyarakat, baik yang berasal dari Kabupaten Gunungkidul maupun dari luar daerah. Melihat potensi yang
cukup besar tersebut, maka pada tahun
2009 lalu, Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul berupaya untuk mendata, mengkaji, dan mempromosikan Upacara
Cing-cing Goling sebagai salah satu
paket wisata budaya andalan Kabupaten Gunungkidul.
Menurut keterangan dari beberapa
kalangan, Upacara Cing-cing Goling
merupakan ungkapan rasa syukur atas keberhasilan panen masyarakat
setempat dan para pelarian dari Kerajaan
Majapahit. Peristiwa pelarian orang-orang Kerajaan Majapahit ditengarai terjadi ketika Kerajaan
Majapahit berada di ambang keruntuhan
pada abad ke-15. Saat itu Kerajaan Majapahit diperintah oleh Raja Brawijaya V. Para pelarian yang dipimpin oleh
Wisang Sanjaya dan Yudopati ini,
menempuh perjalanan dari Jawa Timur hingga tiba di daerah yang kini
dikenal dengan nama Dusun Gedangan, Desa
Gedangrejo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten
Gunungkidul.
Di daerah ini, Wisang Sanjaya,
Yudopati, dan pelarian lainnya mencoba
membaur dengan penduduk sekitar yang tinggal lebih dulu. Penduduk
setempat menerima mereka karena sikap mereka
yang dikenal ringan tangan dan mudah
bergaul. Ditambah lagi, penduduk setempat menganggap para pelarian ini
telah berjasa besar dalam membantu
mengamankan daerah Gedangan dari serbuan para
penjahat yang kala itu sering datang dan mengincar hasil panen para
penduduk.
Selain membantu mengusir para
penjahat, pelarian dari Kerajaan
Majapahit ini juga berusaha memajukan pertanian dengan cara membuat
bendungan di Kali Dawe. Bersama dengan
masyarakat setempat, para pelarian ini
bahu-membahu membuat bendungan agar sawah di sekitar daerah Gedangan
tidak kekurangan pasokan air. Usaha ini
membuahkan hasil, sawah-sawah milik para
penduduk Gedangan tidak pernah mengalami kekeringan (kekurangan pasokan
air).
Bendungan yang dibangun atas usaha
bersama antara pelarian dari Kerajaan
Majapahit dengan penduduk sekitar tersebut diberi nama Bendungan Kali Dawe (Bendungan Kedung Dawang). Pada masa
penjajahan Belanda, bendungan ini sempat
dibangun ulang. Hingga kini, bendungan ini masih berfungsi sebagai pemasok air untuk irigasi lahan pertanian daerah
Gedangan.
Ketika Bendungan Dawe selesai dibuat
dan berfungsi untuk mengairi sawah serta
tiba masa panen, para pelarian dari Kerajaan Majapahit dan penduduk setempat menggelar upacara selamatan sebagai
ungkapan rasa syukur atas panen yang
mereka peroleh sekaligus meminta berkah untuk panen di masa yang akan
datang. Upacara selamatan inilah yang
kini dikenal dengan nama Upacara Cing-cing
Goling.
Upacara Cing-cing Goling merupakan
upacara adat sebagai ritual penghormatan
terhadap roh leluhur ataupun roh pelindung masyarakat di Dusun Gedangan, Desa Gedangrejo, Kecamatan
Karangmojo. Perhelatan ini jatuh pada
pascapanen ke-2, yaitu sekitar bulan Mei, Juni, dan Juli dan
berlangsung menurut hari dalam pasaran
Jawa, yaitu hari Senin Wage atau Kamis Kliwon.
Upacara Cing-cing Goling dilaksanakan di Bendungan Dawe (Bendungan
Kedung Dawang). Di tengah upacara
biasanya disajikan pertunjukan tari yang bernama Tari Cing-cing Goling.
Upacara Cing-cing Goling merupakan
perpaduan dua unsur yang sebenarnya
cukup berbeda, yaitu unsur Hindu yang dibawa oleh pelarian dari
Kerajaan Majapahit dan unsur kejawen
dari penduduk yang mendiami wilayah yang kini
dikenal dengan nama Dusun Gedangan. Meski berbeda, kedua unsur ini
ternyata bisa berpadu dengan apik yang
dibuktikan dengan perayaan selamatan bersama yang terwujud lewat Upacara Cing-cing Goling. Para pelarian yang bisa membaur dan penduduk
setempat yang mau menerima orang-orang
asing menandakan bahwa kebudayaan lokal mempunyai kearifan tersendiri
dan tidak antipati terhadap masuknya
budaya pendatang.
Upacara Cing-cing Goling merupakan
upacara selamatan yang berskala besar
untuk ukuran sebuah perayaan adat. Setiap digelar, upacara ini menghabiskan biaya yang tidak sedikit.
Keperluan untuk upacara tersebut
misalnya pembuatan tempat upacara, pembelian ratusan ayam (kadang
mencapai 800 ekor) untuk keperluan
upacara, pembelian berbagai sesaji, pementasan berbagai kesenian adat berupa cerita rakyat dalam
bentuk fragmen yang berkisah tentang
cerita pelarian orang-orang dari Kerajaan Majapahit (pada salah satu
adegan terlihat puluhan orang berlarian
menginjak-injak tanaman pertanian yang terdapat di sekitar bendungan. Berdasarkan kepercayaan
masyarakat, tanaman yang diinjak-injak
saat berlangsung Upacara Cing-cing Goling itu akan bertambah subur), dan pementasan Tari Cing-cing Goling.
Ada hal yang menarik dari ritual persembahan
ayam, yaitu kemasan yang terbuat dari janur atau daun kelapa untuk wadah
ayam tersebut. Kemasan dari janur ini
kini sudah sangat langka ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat di Gunungkidul.
Meskipun memerlukan biaya yang tak
sedikit, tetapi Upacara Cing-Cing Goling
tetap dihelat setiap tahunnya. Masyarakat Gedangan menganggap upacara yang telah bertahan selama berabad-abad ini
sebagai bagian dari adat dan harus
dilestarikan.
Perayaan Upacara Cing-cing Goling
digelar di Dusun Gedangan, Desa
Gedangrejo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul atau 8 km di
sebelah timur dari Kota Wonosari.
Pengunjung yang akan singgah ke
lokasi perhelatan Upacara Cing-cing
Goling bisa menggunakan kendaraan pribadi, baik roda dua (2) maupun
empat (4). Selain itu, pengunjung juga bisa
memanfaatkan fasilitas angkutan umum dengan naik bus jurusan Yogyakarta-Wonosari dari Terminal
Bus Giwangan, Yogyakarta dan turun di
Terminal Wonosari. Setelah itu, pengunjung bisa naik angkutan berbentuk colt berwarna hijau dengan
tujuan Kecamatan Karangmojo. Selain itu,
pengunjung yang bermaksud akan menyaksikan perhelatan kebudayaan Upacara Cing-cing Goling bisa menggali informasi
dengan menghubungi Dinas Pariwisata
Kabupaten Gunungkidul melalui no. telpon (0274) 391031.
Dalam perhelatan Upacara Cing-cing
Goling sering ditampilkan berbagai
kesenian rakyat, seperti Tari Cing-cing Goling yang menjadi nilai
tambah tersendiri bagi perayaan upacara
ini. Selain itu, sering juga ditampilkan
cerita rakyat dalam bentuk fragmen yang berkisah tentang cerita
pelarian orang-orang dari Kerajaan
Majapahit yang akhirnya sampai di Gedangan dan
membantu penduduk sekitar dalam mengusir penjahat dan membuat bendungan, sehingga kesulitan air yang selama ini
dirasakan oleh penduduk Gedangan telah
tuntas diselesaikan. Penampilan beberapa kesenian tradisional ini
dapat memberikan informasi menjadi
masukan (hapus) bagi pengunjung untuk mengenal
lebih jauh kesenian khas dari Gunungkidul.
Selain mendapatkan pengetahuan
tentang kesenian khas Gunungkidul, pengunjung
yang menyaksikan secara langsung di sekitar Bendungan Dawe juga mendapatkan makan. Makanan berasal dari ayam
dan lauk pauk yang dipakai dalam ritual
Upacara Cing-cing Goling. Setelah pembacaan doa oleh pemangku adat untuk keselamatan seluruh penduduk dan
kesejahteraan para petani, ratusan ayam
(biasanya berbentuk ingkung), lauk pauk, dan nasi dibagikan kepada
para pengunjung dan masyarakat sekitar
yang tinggal di dekat Bendungan Dawe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar