Taman Sari Yogyakarta
Taman Sari Yogyakarta atau Taman Sari Keraton Yogyakarta adalah situs bekas taman atau kebun
istana Keraton Yogyakarta, yang dapat dibandingkan dengan Kebun Raya Bogor
sebagai kebun Istana Bogor. Kebun ini dibangun pada zaman Sultan Hamengku
Buwono I (HB I) pada tahun 1758-1765/9. Awalnya, taman yang mendapat sebutan
"The Fragrant Garden"
ini memiliki luas lebih dari 10 hektare dengan sekitar 57 bangunan baik berupa
gedung, kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, maupun danau buatan
beserta pulau buatan dan lorong bawah air. Kebun yang digunakan secara efektif
antar 1765-1812 ini pada mulanya membentang dari barat daya kompleks Kedhaton
sampai tenggara kompleks Magangan. Namun saat ini, sisa-sisa bagian Taman Sari
yang dapat dilihat hanyalah yang berada di barat daya kompleks Kedhaton saja.
Konon, Taman Sari dibangun di bekas keraton lama,
Pesanggrahan Garjitawati, yang didirikan oleh Susuhunan Paku Buwono II sebagai
tempat istirahat kereta kuda yang akan pergi ke Imogiri. Sebagai pimpinan
proyek pembangunan Taman Sari ditunjuklah Tumenggung Mangundipuro. Seluruh biaya pembangunan ditanggung oleh
Bupati Madiun, Tumenggung
Prawirosentiko, besrta seluruh rakyatnya. Oleh karena itu daerah Madiun
dibebaskan dari pungutan pajak. Di tengah pembangunan pimpinan proyek diambil
alih oleh Pangeran Notokusumo,
setelah Mangundipuro mengundurkan diri. Walaupun secara resmi sebagai kebun
kerajaan, namun beberapa bangunan yang ada mengindikasikan Taman Sari berfungsi
sebagai benteng pertahanan terakhir jika istana diserang oleh musuh. Konon
salah seorang arsitek kebun kerajaan ini adalah seorang Portugis yang lebih
dikenal dengan Demang Tegis.
Kompleks Taman Sari setidaknya dapat dibagi menjadi 4 bagian.
Bagian pertama adalah danau buatan yang terletak di sebelah barat. Bagian
selanjutnya adalah bangunan yang berada di sebelah selatan danau buatan antara
lain Pemandian Umbul Binangun. Bagian ketiga adalah Pasarean Ledok Sari dan
Kolam Garjitawati yang terletak di selatan bagian kedua. Bagian terakhir adalah
bagian sebelah timur bagian pertama dan kedua dan meluas ke arah timur sampai
tenggara kompleks Magangan.
1. Bagian pertama
Bagian pertama merupakan bagian utama Taman Sari pada
masanya. Pada zamannya, tempat ini merupakan tempat yang paling eksotis. Bagian
ini terdiri dari danau buatan yang disebut "Segaran" (harfiah=laut buatan) serta bangunan yang ada
di tengahnya, dan bangunan serta taman dan kebun yang berada di sekitar danau
buatan tersebut. Di samping untuk memelihara berbagai jenis ikan, danau buatan
Segaran juga difungsikan sebagai tempat bersampan Sultan dan keluarga kerajaan.
Sekarang danau buatan ini tidak lagi berisi air melainkan telah menjadi
pemukiman padat yang dikenal dengan kampung Taman. Bangunan-bangunan yang
tersisa dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.
a.
Pulo
Kenongo
Di tengah-tengah Segaran terdapat
sebuah pulau buatan, "Pulo
Kenongo", yang ditanami pohon Kenanga (Kananga odorantum, famili Magnoliaceae).
Di atas pulau buatan tersebut didirikan sebuah gedung berlantai dua, "Gedhong Kenongo". Gedung
terbesar di bagian pertama ini cukup tinggi. Dari anjungan tertingginya orang
dapat mengamati kawasan Keraton Yogyakarta dan sekitarnya sampai ke luar
benteng baluwarti. Konon Gedhong Kenongo terdiri dari beberapa ruangan dengan fungsi
berbeda. Dari jauh gedung ini seperti mengambang di atas air. Oleh karenanya
tidak mengherankan jika kemudian Taman Sari dijuluki dengan nama "Istana
Air" (Water Castle). Saat
ini gedung ini tinggal puing-puingnya saja.
Di sebelah selatan Pulo Kenongo
terdapat deratan bangunan kecil yang disebut dengan "Tajug". Bangunan ini merupakan menara ventilasi udara
bagi terowongan bawah air. Terowongan ini merupakan jalan masuk menuju Pulo
Kenongo selain menggunakan sampan/perahu mengarungi danau buatan. Dahulu di
bagian barat pulau buatan tersebut juga terdapat terowongan, namun kondisinya
sekarang kurang terawat dibandingkan dengan terowongan selatan.
b. Pulo Cemethi dan Sumur Gumuling
Di sebelah selatan Pulo Kenongo
terdapat sebuah pulau buatan lagi yang disebut dengan "Pulo Cemethi". Bangunan berlantai dua ini juga disebut
sebagai "Pulo Panembung".
Di tempat inilah konon Sultan bermeditasi. Ada juga yang menyebutnya sebagai
"Sumur Gumantung", sebab di sebelah selatannya terdapat sumur yang
menggantung di atas permukaan tanah. Untuk sampai ke tempat ini konon dengan
adalah melalui terowongan bawah air. Saat ini bangunan ini sedang dalam tahap
renovasi besar - besaran yang bertujuan untuk merestorasi bangunan - bangunan
yang masih ada.
Sementara itu di sebelah barat Pulo
Kenongo terdapat bangunan berbentuk lingkaran seperti cincin yang disebut "Sumur Gumuling". Bangunan
berlantai 2 ini hanya dapat dimasuki melalui terowongan bawah air saja. Sumur
Gumuling pada masanya juga difungsikankan sebagai Masjid. Di kedua lantainya
ditemukan ceruk di dinding yang konon digunakan sebagai mihrab, tempat imam
memimpin salat. Di bagian tengah bangunan yang terbuka, terdapat empat buah
jenjang naik dan bertemu di bagian tengah. Dari pertemuan keempat jenjang
tersebut terdapat satu jenjang lagi yang menuju lantai dua. Di bawah pertemuan
empat jenjang tersebut terdapat kolam kecil yang konon digunakan untuk berwudu.
2. Bagian Kedua
Bagian kedua yang terletak di sebelah selatan danau buatan
segaran merupakan bagian yang relatif paling utuh dibandingkan dengan bagian
lainnya. Bagian yang tetap terpelihara adalah bangunan sedangkan taman dan
kebun di bagian ini tidak tersisa lagi. Sekarang bagian ini merupakan bagian
utama yang banyak dikunjungi wisatawan.
a. Gedhong Gapura Hageng
"Gedhong Gapura Hageng"
merupakan pintu gerbang utama taman raja-raja pada zamannya. Kala itu Taman
Sari menghadap ke arah barat dan memanjang ke arah timur. Gerbang ini terdapat
di bagian paling barat dari situs istana air yang tersisa. Sisi timur dari pintu
utama ini masih dapat disaksikan sementara sisi baratnya tertutup oleh
pemukiman padat. Gerbang yang mempunyai beberapa ruang dan dua jenjang ini
berhiaskan relief burung dan bunga-bungaan yang menunjukkan tahun selesainya
pembangunan Taman Sari pada tahun 1691 Jawa (kira-kira tahun 1765 Masehi).
b. Gedhong Lopak-Lopak
Di sebelah timur gerbang utama kuno
Taman Sari terdapat halaman bersegi delapan. Dahulu di tengah halaman ini
berdiri sebuah menara berlantai dua yang bernama "Gedhong Lopak-Lopak",
versi lain menyebut gopok-gopok. Sekarang gedung ini sudah tidak ada lagi. Di
halaman ini hanya tersisa deretan pot bunga raksasa serta pintu-pintu yang
menghubungkan tempat ini dengan tempat lainnya. Pintu di sisi timur halaman
bersegi delapan tersebut merupakan salah satu gerbang menuju Umbul Binangun.
c.
Umbul Pasiraman
"Umbul Pasiraman" atau ada
yang menyebut dengan "Umbul
Binangun" (versi lain "Umbul Winangun") merupakan kolam
pemandian bagi Sultan, para istri beliau, serta para putri-putri beliau.
Kompleks ini dikelilingi oleh tembok yang tinggi. Untuk sampai ke dalam tempat
ini disediakan dua buah gerbang, satu di sisi timur dan satunya di sisi barat.
Di dalam gerbang ini terdapat jenjang yang menurun. Di kompleks Umbul Pasiraman
terdapat tiga buah kolam yang dihiasi dengan mata air yang berbentuk jamur. Di
sekeliling kolam terdapat pot bunga raksasa. Selain kolam juga terdapat
bangunan di sisi utara dan di tengah sebelah selatan.
Bangunan di sisi paling utara
merupakan tempat istirahat dan berganti pakaian bagi para puteri dan istri
(selir). Di sebelah selatannya terdapat sebuah kolam yang disebut dengan nama
"Umbul Muncar". Sebuah jalan mirip dermaga menjadi batas antara kolam
ini dengan sebuah kolam di selatannya yang disebut dengan "Blumbang Kuras".
Di selatan Blumbang Kuras terdapat bangunan dengan menara di bagian tengahnya.
Bangunan sayap barat merupakan tempat berganti pakaian dan sayap timur untuk
istirahat Sultan. Menara di bagian tengah konon digunakan Sultan untuk melihat
istri dan puterinya yang sedang mandi kemudian yang tubuh telanjangnya paling
mengesankan sultan akan di panggil ke menara. Di selatan bangunan tersebut
terdapat sebuah kolam yang disebut dengan "Umbul Binangun", sebuah
kolam pemandian yang dikhususkan untuk Sultan dan Permaisurinya saja. Pada
zamannya, selain Sultan, hanyalah para perempuan yang diizinkan untuk masuk ke
kompleks ini. Ini di mungkinkan karena semua perempuan (permaisuri, istri (
selir ) dan para putri sultan) yang masuk ke dalam taman sari ini harus lepas
baju (telanjang), sehingga selain perempuan di larang keras oleh sultan untuk
masuk ke Taman Sari.
d. Gedhong Sekawan
Di timur umbul pasiraman terdapat
sebuah halaman bersegi delapan. Di halaman yang dihiasi dengan deretan pot
bunga raksasa ini berdiri 4 buah bangunan yang serupa. Bangunan ini bernama "Gedhong Sekawan". Tempat
ini digunakan untuk istirahat Sultan dan keluarganya. Di setiap sisi halaman
terdapat pintu yang menghubungkannya dengan halaman lain.
e.
Gedhong Gapuro Panggung
Di sebelah timur halaman bersegi
delapan tersebut terdapat bangunan yang disebut dengan "Gedhong Gapura Panggung". Bangunan ini memiliki empat
buah jenjang, dua di sisi barat dan dua lagi di sisi timur. Dulu di bangunan
ini terdapat empat buah patung ular naga namun sekarang hanya tersisa dua buah
saja. Gedhong Gapura Panggung ini melambangkan tahun dibangunnya Taman Sari
yaitu tahun 1684 Jawa (kira-kira tahun 1758 Masehi). Selain itu di bangunan ini
juga terdapat relief ragam hias seperti di Gedhong Gapura Hageng. Sisi timur
bangunan ini sekarang menjadi pintu masuk situs Taman Sari.
f.
Gedhong Temanten
Di tenggara dan timur laut gerbang
Gapuro Panggung terdapat bangunan yang disebut dengan "Gedhong Temanten". Bangunan ini dulu digunakan sebagai
tempat penjaga keamanan bertugas dan tempat istirahat. Menurut sebuah
rekonstruksi Taman Sari di selatan bangunan ini terdapat sebuah bangunan lagi
yang sekarang tidak ada bekasnya sedangkan di sisi utaranya terdapat kebun yang
juga telah berubah menjadi pemukiman penduduk.
3. Bagian Ketiga
Bagian ini tidak banyak meninggalkan bekas yang dapat
dilihat. Oleh karenanya deskripsi di bagian ini sebagian besar berasal dari
rekonstruksi yang ada. Dahulu bagian ini meliputi Kompleks "Pasarean Dalem
Ledok Sari" dan Kompleks kolam "Garjitawati" serta beberapa
bangunan lain dan taman/kebun. Pasarean Dalem Ledok Sari merupakan sisa dari
bagian ini yang tetap terjaga. Pasarean Dalem Ledok Sari konon merupakan tempat
peraduan Sultan bersama Pemaisurinya. Versi lain mengatakan sebagai tempat
meditasi. Bangunannya berbentuk seperti U. Di tangah bangunan terdapat tempat
tidur Sultan yang di bawahnya mengalir aliran air. Sebuah dapur, ruang
penjahit, ruang penyimpanan barang, dan dua kolam untuk pelayan begitu pula
kebun rempah-rempah, buah-buahan, dan sayur-sayuran diperkirakan berada bagian
ini. Di sebelah baratnya dulu terdapat kompleks kolam Garjitawati. Jika hal itu
benar maka kompleks ini merupakan sisa pesanggrahan Garjitawati dan kemungkinan
besar juga merupakan Umbul Pacethokan yang pernah digunakan oleh Panembahan
Senopati.
4. Bagian Keempat
Bagian terakhir ini merupakan bagian Taman Sari yang praktis
tidak tersisa lagi kecuali bekas jembatan gantung dan sisa dermaga. Deskripsi
di bagian ini hampir seluruhnya merupakan sebuah rekonstruksi dari sketsa
serangan pasukan Inggris ke Keraton Yogyakarta pada tahun 1812. Bagian ini
terdiri dari sebuah danau buatan beserta bangunan di tengahnya, taman di
sekitar danau buatan, kanal besar yang menghubungkan danau buatan ini dengan
danau buatan di bagian pertama, serta sebuah kebun. Danau buatan terletak di
sebelah tenggara kompleks Magangan sampai timur laut Siti Hinggil Kidul. Di
tengahnya terdapat pulau buatan yang konon disebut "Pulo Kinupeng".
Di atas pulau tersebut berdiri sebuah bangunan yang konon disebut dengan
"Gedhong Gading". Bangunan yang menjulang tinggi ini disebut sebagai
menara kota (Cittadel Tower).
Kanal besar terdapat di sisi barat laut dari danau buatan dan
memanjang ke arah barat serta berakhir di sisi tenggara danau buatan di bagian
pertama. Di kanal ini terdapat dua penyempitan yang diduga keras merupakan
letak jembatan gantung. Salah satu jembatan tersebut berada di jalan yang
menghubungkan kompleks Magangan dengan Kamandhungan Kidul. Bekas-bekas dari
jembatan ini masih dapat disaksikan, walaupun jembatannya sendiri telah lenyap.
Di sebelah barat jembatan gantung terdapat sebuah dermaga. Dermaga ini konon
digunakan Sultan sebagai titik awal perjalanannya masuk ke Taman Sari. Konon
Sultan masuk ke Taman Sari dengan bersampan. Di sebelah selatan Kanal terdapat
kebun. Kebun ini berlokasi di sebelah barat kompleks Kamandhungan Kidul dan
Siti Hinggil Kidul. Kini semua tempat itu telah menjadi pemukiman penduduk.
Kebunnya telah berubah menjadi kampung Ngadisuryan sedangkan danau buatan
berubah menjadi kampung Segaran.
1. Bagian pertama
Bagian pertama merupakan bagian utama Taman Sari pada
masanya. Pada zamannya, tempat ini merupakan tempat yang paling eksotis. Bagian
ini terdiri dari danau buatan yang disebut "Segaran" (harfiah=laut buatan) serta bangunan yang ada
di tengahnya, dan bangunan serta taman dan kebun yang berada di sekitar danau
buatan tersebut. Di samping untuk memelihara berbagai jenis ikan, danau buatan
Segaran juga difungsikan sebagai tempat bersampan Sultan dan keluarga kerajaan.
Sekarang danau buatan ini tidak lagi berisi air melainkan telah menjadi
pemukiman padat yang dikenal dengan kampung Taman. Bangunan-bangunan yang
tersisa dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.
a.
Pulo
Kenongo
Di tengah-tengah Segaran terdapat
sebuah pulau buatan, "Pulo
Kenongo", yang ditanami pohon Kenanga (Kananga odorantum, famili Magnoliaceae).
Di atas pulau buatan tersebut didirikan sebuah gedung berlantai dua, "Gedhong Kenongo". Gedung
terbesar di bagian pertama ini cukup tinggi. Dari anjungan tertingginya orang
dapat mengamati kawasan Keraton Yogyakarta dan sekitarnya sampai ke luar
benteng baluwarti. Konon Gedhong Kenongo terdiri dari beberapa ruangan dengan fungsi
berbeda. Dari jauh gedung ini seperti mengambang di atas air. Oleh karenanya
tidak mengherankan jika kemudian Taman Sari dijuluki dengan nama "Istana
Air" (Water Castle). Saat
ini gedung ini tinggal puing-puingnya saja.
Di sebelah selatan Pulo Kenongo
terdapat deratan bangunan kecil yang disebut dengan "Tajug". Bangunan ini merupakan menara ventilasi udara
bagi terowongan bawah air. Terowongan ini merupakan jalan masuk menuju Pulo
Kenongo selain menggunakan sampan/perahu mengarungi danau buatan. Dahulu di
bagian barat pulau buatan tersebut juga terdapat terowongan, namun kondisinya
sekarang kurang terawat dibandingkan dengan terowongan selatan.
b. Pulo Cemethi dan Sumur Gumuling
Di sebelah selatan Pulo Kenongo
terdapat sebuah pulau buatan lagi yang disebut dengan "Pulo Cemethi". Bangunan berlantai dua ini juga disebut
sebagai "Pulo Panembung".
Di tempat inilah konon Sultan bermeditasi. Ada juga yang menyebutnya sebagai
"Sumur Gumantung", sebab di sebelah selatannya terdapat sumur yang
menggantung di atas permukaan tanah. Untuk sampai ke tempat ini konon dengan
adalah melalui terowongan bawah air. Saat ini bangunan ini sedang dalam tahap
renovasi besar - besaran yang bertujuan untuk merestorasi bangunan - bangunan
yang masih ada.
Sementara itu di sebelah barat Pulo
Kenongo terdapat bangunan berbentuk lingkaran seperti cincin yang disebut "Sumur Gumuling". Bangunan
berlantai 2 ini hanya dapat dimasuki melalui terowongan bawah air saja. Sumur
Gumuling pada masanya juga difungsikankan sebagai Masjid. Di kedua lantainya
ditemukan ceruk di dinding yang konon digunakan sebagai mihrab, tempat imam
memimpin salat. Di bagian tengah bangunan yang terbuka, terdapat empat buah
jenjang naik dan bertemu di bagian tengah. Dari pertemuan keempat jenjang
tersebut terdapat satu jenjang lagi yang menuju lantai dua. Di bawah pertemuan
empat jenjang tersebut terdapat kolam kecil yang konon digunakan untuk berwudu.
2. Bagian Kedua
Bagian kedua yang terletak di sebelah selatan danau buatan
segaran merupakan bagian yang relatif paling utuh dibandingkan dengan bagian
lainnya. Bagian yang tetap terpelihara adalah bangunan sedangkan taman dan
kebun di bagian ini tidak tersisa lagi. Sekarang bagian ini merupakan bagian
utama yang banyak dikunjungi wisatawan.
a. Gedhong Gapura Hageng
"Gedhong Gapura Hageng"
merupakan pintu gerbang utama taman raja-raja pada zamannya. Kala itu Taman
Sari menghadap ke arah barat dan memanjang ke arah timur. Gerbang ini terdapat
di bagian paling barat dari situs istana air yang tersisa. Sisi timur dari pintu
utama ini masih dapat disaksikan sementara sisi baratnya tertutup oleh
pemukiman padat. Gerbang yang mempunyai beberapa ruang dan dua jenjang ini
berhiaskan relief burung dan bunga-bungaan yang menunjukkan tahun selesainya
pembangunan Taman Sari pada tahun 1691 Jawa (kira-kira tahun 1765 Masehi).
b. Gedhong Lopak-Lopak
Di sebelah timur gerbang utama kuno
Taman Sari terdapat halaman bersegi delapan. Dahulu di tengah halaman ini
berdiri sebuah menara berlantai dua yang bernama "Gedhong Lopak-Lopak",
versi lain menyebut gopok-gopok. Sekarang gedung ini sudah tidak ada lagi. Di
halaman ini hanya tersisa deretan pot bunga raksasa serta pintu-pintu yang
menghubungkan tempat ini dengan tempat lainnya. Pintu di sisi timur halaman
bersegi delapan tersebut merupakan salah satu gerbang menuju Umbul Binangun.
c.
Umbul Pasiraman
"Umbul Pasiraman" atau ada
yang menyebut dengan "Umbul
Binangun" (versi lain "Umbul Winangun") merupakan kolam
pemandian bagi Sultan, para istri beliau, serta para putri-putri beliau.
Kompleks ini dikelilingi oleh tembok yang tinggi. Untuk sampai ke dalam tempat
ini disediakan dua buah gerbang, satu di sisi timur dan satunya di sisi barat.
Di dalam gerbang ini terdapat jenjang yang menurun. Di kompleks Umbul Pasiraman
terdapat tiga buah kolam yang dihiasi dengan mata air yang berbentuk jamur. Di
sekeliling kolam terdapat pot bunga raksasa. Selain kolam juga terdapat
bangunan di sisi utara dan di tengah sebelah selatan.
Bangunan di sisi paling utara
merupakan tempat istirahat dan berganti pakaian bagi para puteri dan istri
(selir). Di sebelah selatannya terdapat sebuah kolam yang disebut dengan nama
"Umbul Muncar". Sebuah jalan mirip dermaga menjadi batas antara kolam
ini dengan sebuah kolam di selatannya yang disebut dengan "Blumbang Kuras".
Di selatan Blumbang Kuras terdapat bangunan dengan menara di bagian tengahnya.
Bangunan sayap barat merupakan tempat berganti pakaian dan sayap timur untuk
istirahat Sultan. Menara di bagian tengah konon digunakan Sultan untuk melihat
istri dan puterinya yang sedang mandi kemudian yang tubuh telanjangnya paling
mengesankan sultan akan di panggil ke menara. Di selatan bangunan tersebut
terdapat sebuah kolam yang disebut dengan "Umbul Binangun", sebuah
kolam pemandian yang dikhususkan untuk Sultan dan Permaisurinya saja. Pada
zamannya, selain Sultan, hanyalah para perempuan yang diizinkan untuk masuk ke
kompleks ini. Ini di mungkinkan karena semua perempuan (permaisuri, istri (
selir ) dan para putri sultan) yang masuk ke dalam taman sari ini harus lepas
baju (telanjang), sehingga selain perempuan di larang keras oleh sultan untuk
masuk ke Taman Sari.
d. Gedhong Sekawan
Di timur umbul pasiraman terdapat
sebuah halaman bersegi delapan. Di halaman yang dihiasi dengan deretan pot
bunga raksasa ini berdiri 4 buah bangunan yang serupa. Bangunan ini bernama "Gedhong Sekawan". Tempat
ini digunakan untuk istirahat Sultan dan keluarganya. Di setiap sisi halaman
terdapat pintu yang menghubungkannya dengan halaman lain.
e.
Gedhong Gapuro Panggung
Di sebelah timur halaman bersegi
delapan tersebut terdapat bangunan yang disebut dengan "Gedhong Gapura Panggung". Bangunan ini memiliki empat
buah jenjang, dua di sisi barat dan dua lagi di sisi timur. Dulu di bangunan
ini terdapat empat buah patung ular naga namun sekarang hanya tersisa dua buah
saja. Gedhong Gapura Panggung ini melambangkan tahun dibangunnya Taman Sari
yaitu tahun 1684 Jawa (kira-kira tahun 1758 Masehi). Selain itu di bangunan ini
juga terdapat relief ragam hias seperti di Gedhong Gapura Hageng. Sisi timur
bangunan ini sekarang menjadi pintu masuk situs Taman Sari.
f.
Gedhong Temanten
Di tenggara dan timur laut gerbang
Gapuro Panggung terdapat bangunan yang disebut dengan "Gedhong Temanten". Bangunan ini dulu digunakan sebagai
tempat penjaga keamanan bertugas dan tempat istirahat. Menurut sebuah
rekonstruksi Taman Sari di selatan bangunan ini terdapat sebuah bangunan lagi
yang sekarang tidak ada bekasnya sedangkan di sisi utaranya terdapat kebun yang
juga telah berubah menjadi pemukiman penduduk.
3. Bagian Ketiga
Bagian ini tidak banyak meninggalkan bekas yang dapat
dilihat. Oleh karenanya deskripsi di bagian ini sebagian besar berasal dari
rekonstruksi yang ada. Dahulu bagian ini meliputi Kompleks "Pasarean Dalem
Ledok Sari" dan Kompleks kolam "Garjitawati" serta beberapa
bangunan lain dan taman/kebun. Pasarean Dalem Ledok Sari merupakan sisa dari
bagian ini yang tetap terjaga. Pasarean Dalem Ledok Sari konon merupakan tempat
peraduan Sultan bersama Pemaisurinya. Versi lain mengatakan sebagai tempat
meditasi. Bangunannya berbentuk seperti U. Di tangah bangunan terdapat tempat
tidur Sultan yang di bawahnya mengalir aliran air. Sebuah dapur, ruang
penjahit, ruang penyimpanan barang, dan dua kolam untuk pelayan begitu pula
kebun rempah-rempah, buah-buahan, dan sayur-sayuran diperkirakan berada bagian
ini. Di sebelah baratnya dulu terdapat kompleks kolam Garjitawati. Jika hal itu
benar maka kompleks ini merupakan sisa pesanggrahan Garjitawati dan kemungkinan
besar juga merupakan Umbul Pacethokan yang pernah digunakan oleh Panembahan
Senopati.
4. Bagian Keempat
Bagian terakhir ini merupakan bagian Taman Sari yang praktis
tidak tersisa lagi kecuali bekas jembatan gantung dan sisa dermaga. Deskripsi
di bagian ini hampir seluruhnya merupakan sebuah rekonstruksi dari sketsa
serangan pasukan Inggris ke Keraton Yogyakarta pada tahun 1812. Bagian ini
terdiri dari sebuah danau buatan beserta bangunan di tengahnya, taman di
sekitar danau buatan, kanal besar yang menghubungkan danau buatan ini dengan
danau buatan di bagian pertama, serta sebuah kebun. Danau buatan terletak di
sebelah tenggara kompleks Magangan sampai timur laut Siti Hinggil Kidul. Di
tengahnya terdapat pulau buatan yang konon disebut "Pulo Kinupeng".
Di atas pulau tersebut berdiri sebuah bangunan yang konon disebut dengan
"Gedhong Gading". Bangunan yang menjulang tinggi ini disebut sebagai
menara kota (Cittadel Tower).
Kanal besar terdapat di sisi barat laut dari danau buatan dan
memanjang ke arah barat serta berakhir di sisi tenggara danau buatan di bagian
pertama. Di kanal ini terdapat dua penyempitan yang diduga keras merupakan
letak jembatan gantung. Salah satu jembatan tersebut berada di jalan yang
menghubungkan kompleks Magangan dengan Kamandhungan Kidul. Bekas-bekas dari
jembatan ini masih dapat disaksikan, walaupun jembatannya sendiri telah lenyap.
Di sebelah barat jembatan gantung terdapat sebuah dermaga. Dermaga ini konon
digunakan Sultan sebagai titik awal perjalanannya masuk ke Taman Sari. Konon
Sultan masuk ke Taman Sari dengan bersampan. Di sebelah selatan Kanal terdapat
kebun. Kebun ini berlokasi di sebelah barat kompleks Kamandhungan Kidul dan
Siti Hinggil Kidul. Kini semua tempat itu telah menjadi pemukiman penduduk.
Kebunnya telah berubah menjadi kampung Ngadisuryan sedangkan danau buatan
berubah menjadi kampung Segaran.
Referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar