Dyah
Shinta Kusumaningtyas, dilihat dari namanya pun sudah terlihat bahwa saya
adalah orang jawa. Saya asli orang Yogyakarta, bahkan teman-teman saya pun
sering berkata kalau saat saya berbicara terlihat sekali “medhok”nya. Ya
maklumlah saya kan orang Jogja. Saya suka nonton wayang kulit, karena saya suka
ceritanya atau lakonnya (dalam bahasa jawa). Cerita atau lakon wayang itu
menceritakan tentang kehidupan manusia zaman kerajaan dulu. Dan di dalamnya pun
mengandung banyak sekali pesan-pesan kehidupan. Dalam pewayangan itu ada dua
cerita besar yaitu “Mahabharata” dan “Ramayana”. Namun dalam cerita wayang itu
banyak sekali sub-subnya, jadi kalau diceritakan mencapai ratusan sub-sub
cerita wayang. Nah di dalam pertunjukan wayang itu biasanya hanya satu sub
cerita wayang saja yang ditampilkan, itupun semalam suntuk belum selesai
ceritanya. Biasanya sampai pagi baru selesai pertunjukkannya. Kalau didaerah Jakarta
biasanya saya nonton di Gelora Bung
Karno, Senayan. Di TMII juga katanya sering ada, tapi tidak setiap pertunjukkan
wayang saya kunjungi. Kadang kalau ada waktu luang saya baru nonton. Saya
seringnya mendengarkan wayang lewat radio, dan itu juga lebih seru karena suara
dalangnya menjadi terdengar lebih jelas. Kalau di kampung saya di daerah Jogja
ada pertunjukkan wayang hanya ketika ada acara hajatan atau ketika Rasulan
(Bersih Desa). Biasanya ketika rasulan pasti ramai sekali yang menonton. Saya
sangat suka dengan wayang karena wayang merupakan salah satu dari ribuan
kebudayaan khas Indonesia. Cerita wayang sendiri sebenarnya berasal dari India,
namun bentuk wayang itu berasal dari Indonesia sendiri. Banyak sekali jenis
wayang, namun saya lebih suka jenis wayang kulit. Saya suka jenis wayang kulit
karena bentuk wayangnya itu unik sekali. Dhalang pun bisa hafal semua nama
wayang yang satu dengan yang lain. Bisa dibayangkan kan kalau wayang kulit itu
nama-nama tokohnya sangat banyak dan bentuknya juga berbeda-beda, namun
dhalangnya bisa hafal. Saya juga mengagumi sosok seorang dhalang karena bisa
memainkan semua wayangnya dan bisa membedakan setiap suara wayangnya. Disamping
itu saya juga suka dengan suara gamelan yang mengiringi pertunjukkan wayang.
Biasanya dalam pertunjukkan itu ada beberapa sindhen yang menyanyi dalam
iringan suara gamelan tersebut. Saya ingin sekali rasanya bisa memainkan
gamelan. Bahkan saya bermimpi suatu saat ingin memiliki sanggar wayang. Jadi
dalam sanggar itu kita bisa berlatih memainkan gamelan, berlatih menyanyi
seperti sindhen, dan juga berlatih menjadi dhalang. Dengan memiliki sanggar itu
semoga bisa menjadi wujud dalam melestarikan salah satu budaya Indonesia yaitu
wayang kulit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar