Gunungkidul
adalah tempat kelahiran saya. Siapa sih yang belum tahu Gunungkidul. Kalau yang
suka travelling pasti sudah tahu banyak tentang Gunungkidul. Gunungkidul
merupakan salah satu tempat yang kaya akan tempat wisata, khususnya pantai. Di Gunungkidul
terdapat Pantai Baron, Pantai, Kukup, Pantai Krakal, Pantai Pok Tunggal,
Nglanggeran, Goa Pindul, dan masih banyak lagi yang tidak bisa saya sebutkan
satu persatu. Tempat wisata di Gunungkidul sangat indah, kalau kesana pasti
ketagihan ingin kesana lagi. Oleh karena itu saya sangat cinta dengan tempat
kelahiran saya yaitu Gunungkidul Handayani. Rumah kakek dan nenek saya tepatnya
di daerah Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta. Kakek dan nenek saya adalah
petani. Sejak kecil saya ikut dengan mereka, oleh karena itu saya semasa kecil
sering ikut ke sawah membantu mereka. Ketika SD sehabis pulang sekolah saya
membantu mencari makanan sapi di sawah, saya mencari rumput. Ya walaupun hasil
saya merumput sedikit, setidaknya saya sudah membantu kakek nenek saya. Ketika panen
cabai saya juga sering ikut untuk memetik cabai. Ketika panen kacang saya ikut juga
membantu. Ketika panen jagung saya ikut membantu menjemur dan “motheki” jagung.
Walaupun hanya petani, tetapi Alhamdulillah hasil panennya sangat memuaskan dan
cukup. Saya suka membantu orang bertani, hanya saja saya tidak terlalu kuat
menahan panasnya sinar matahari. Sekarang kakek dan nenek saya pun dibantu oleh orang lain dalam mengurus sawah.
Memang kakek nenek saya memiliki beberapa sawah dan karena sudah tua maka tidak
memungkinkan untuk mengurusnya sendiri. Kakek dan nenek saya pun tinggal
menikmati hasil panennya karena sudah ada yang membantu. Saya juga sering
pulang kampung untuk menengok mereka. Kalau sedang libur saya menyempatkan diri
untuk melepaskan rasa kangen dengan mereka dan tempat kelahiran saya. Saya memang
dilahirkan di Gunungkidul. Ketika saya sudah berumur beberapa bulan, ibu saya kembali ke Jakarta karena
memang bekerja di Jakarta. Dan saya dari TK sampai SMA tinggal bersama kakek
nenek. Ketika lulus SMA saya kuliah di Gunadarma, sehingga saya harus tinggal
bersama ayah dan ibu saya di Jakarta. Sebenarnya berat meninggalkan kakek nenek
saya, namun apalah daya. Yang penting ketika libur, saya pasti selalu pulang
kampung untuk menengok mereka.
Rabu, 29 Oktober 2014
The Puppet, my Favorite
Dyah
Shinta Kusumaningtyas, dilihat dari namanya pun sudah terlihat bahwa saya
adalah orang jawa. Saya asli orang Yogyakarta, bahkan teman-teman saya pun
sering berkata kalau saat saya berbicara terlihat sekali “medhok”nya. Ya
maklumlah saya kan orang Jogja. Saya suka nonton wayang kulit, karena saya suka
ceritanya atau lakonnya (dalam bahasa jawa). Cerita atau lakon wayang itu
menceritakan tentang kehidupan manusia zaman kerajaan dulu. Dan di dalamnya pun
mengandung banyak sekali pesan-pesan kehidupan. Dalam pewayangan itu ada dua
cerita besar yaitu “Mahabharata” dan “Ramayana”. Namun dalam cerita wayang itu
banyak sekali sub-subnya, jadi kalau diceritakan mencapai ratusan sub-sub
cerita wayang. Nah di dalam pertunjukan wayang itu biasanya hanya satu sub
cerita wayang saja yang ditampilkan, itupun semalam suntuk belum selesai
ceritanya. Biasanya sampai pagi baru selesai pertunjukkannya. Kalau didaerah Jakarta
biasanya saya nonton di Gelora Bung
Karno, Senayan. Di TMII juga katanya sering ada, tapi tidak setiap pertunjukkan
wayang saya kunjungi. Kadang kalau ada waktu luang saya baru nonton. Saya
seringnya mendengarkan wayang lewat radio, dan itu juga lebih seru karena suara
dalangnya menjadi terdengar lebih jelas. Kalau di kampung saya di daerah Jogja
ada pertunjukkan wayang hanya ketika ada acara hajatan atau ketika Rasulan
(Bersih Desa). Biasanya ketika rasulan pasti ramai sekali yang menonton. Saya
sangat suka dengan wayang karena wayang merupakan salah satu dari ribuan
kebudayaan khas Indonesia. Cerita wayang sendiri sebenarnya berasal dari India,
namun bentuk wayang itu berasal dari Indonesia sendiri. Banyak sekali jenis
wayang, namun saya lebih suka jenis wayang kulit. Saya suka jenis wayang kulit
karena bentuk wayangnya itu unik sekali. Dhalang pun bisa hafal semua nama
wayang yang satu dengan yang lain. Bisa dibayangkan kan kalau wayang kulit itu
nama-nama tokohnya sangat banyak dan bentuknya juga berbeda-beda, namun
dhalangnya bisa hafal. Saya juga mengagumi sosok seorang dhalang karena bisa
memainkan semua wayangnya dan bisa membedakan setiap suara wayangnya. Disamping
itu saya juga suka dengan suara gamelan yang mengiringi pertunjukkan wayang.
Biasanya dalam pertunjukkan itu ada beberapa sindhen yang menyanyi dalam
iringan suara gamelan tersebut. Saya ingin sekali rasanya bisa memainkan
gamelan. Bahkan saya bermimpi suatu saat ingin memiliki sanggar wayang. Jadi
dalam sanggar itu kita bisa berlatih memainkan gamelan, berlatih menyanyi
seperti sindhen, dan juga berlatih menjadi dhalang. Dengan memiliki sanggar itu
semoga bisa menjadi wujud dalam melestarikan salah satu budaya Indonesia yaitu
wayang kulit.
Me and Me…
Nama
saya adalah Dyah Shinta Kusumaningtyas. Yang memberi nama itu adalah ibu saya.
Mungkin ada yang bertanya-tanya tentang arti nama saya. “Dyah” itu berarti
perempuan atau wanita. Kalau “Shinta” saya belum tahu artinya apa, mungkin ibu
saya menginginkan saya seperti sosok Dewi Shinta dalam pewayangan. Dewi Shinta
adalah istri dari Pangeran Rama yang sangat cantik, baik hati dan juga setia
kepada suaminya. Mungkin ibu saya menginginkan saya seperti seorang Dewi
Shinta. Kalau “Kusuma” itu artinya bunga, dan “ningtyas” itu artinya di hati.
Ibu saya ingin ketika ada orang yang melihat atau bertemu dengan saya, hatinya
langsung berbunga-bunga. Atau bisa juga menginginkan saya menjadi bunga dihati
orang lain, terutama dihati para kaum Adam. Dirumah saya biasa dipanggil
Shinta. Di kampus biasa dipanggil Dyah, Shinta dan ada juga yang memanggil
Jojo. Saya terlahir dari sebuah keluarga sederhana. Kedua orang tua saya asli
Yogyakarta, saya pun juga lahir di Yogyakarta. Namun ayah saya bekerja di
Jakarta dan memiliki rumah disana. Saya memiliki dua orang adik laki-laki
semua. Adik saya yang satu kelas 2 SMP dan yang satu kelas 5 SD. Mereka sangat
nakal, setiap hari sayapun sering bertengkar dan bercanda dengan mereka. Namun
walaupun begitu, mereka tetap adik-adik saya. Saya sangat bersyukur memiliki
keluarga seperti mereka. Sejak kecil saya tinggal di Yogyakarta bersama kakek
dan nenek saya. Dari TK sampai SMA saya di Yogyakarta. Ketika SMA saya mendapat
undangan SNMPTN, namun saya tidak lolos. Ketika lulus SMA saya pun mencoba
untuk mendaftar SNMPTN tertulis, namun alhasil saya pun juga tidak lolos. Saat
itu saya sempat frustasi akan kuliah dimana, karena saya tidak diterima di
perguruan tinggi negeri manapun. Lalu orang tua saya pun menyarankan saya untuk
kuliah di Universitas Gunadarma daerah Depok, Jawa Barat. Karena saudara saya juga
ada yang kuliah disana, sudah lulus dan sudah bekerja mapan. Awalnya saya tidak
tahu Universitas Gunadarma itu seperti apa. Saya pun browsing mengenai
Universitas Gunadarma, ternyata Gundar adalah universitas swasta terbaik di
Indonesia. Akhirnya saya pun mencoba mendaftar kesana dan Alhamdulillah
diterima. Saya pun tidak frustasi lagi memikirkan akan kuliah dimana. Karena
saya sudah mempunyai pilihan untuk kuliah di Gunadarma. Namun saya sedih,
karena harus meninggalkan kakek dan nenek saya yang ada di Yogyakarta. Dan saya
juga sedih harus meninggalkan kampung halaman saya di Yogyakarta. Namun apalah
daya, saya harus pergi mencari ilmu. Semoga ilmu yang saya dapat kelak bisa berguna
dan berkah bagi saya dan orang lain. Terutama bagi nusa dan bangsa. Aminn.
Langganan:
Postingan (Atom)