Minggu, 04 Januari 2015

Kulo Remen Ringgit



Ringgit??? Apa sih itu ringgit?? Ringgit merupakan bahasa jawa halusnya atau bahasa kramanya   wayang. Dari kemarin saya menceritakan tentang hal – hal yang berbau budaya seperti wayang, rasulan dan lain – lain. Hal itu karena saya memang sangat suka dengan hal – hal yang berbau budaya tersebut. Suatu kebudayaan merupakan warisan dari nenek moyang sejak dahulu kala. Dan kita sebagai generasi penerus harus melanjutkan dan melestarikannya. Kebudayaan menurut saya hal yang sangat menarik untuk diperbincangkan dan diceritakan. Nah sekarang saya akan membahas tentang wayang atau ringgit. Banyak sekali jenis wayang yaitu ada jenis wayang kulit, wayang golek, wayang orang, wayang krucil dan masih banyak lagi. Tetapi saya lebih suka dengan jenis wayang kulit. Darimana sih asalnya wayang kulit itu? Dulu guru saya suka bercerita tentang wayang kulit, karena memang ada mata pelajaran mulok (muatan lokal) yaitu bahasa jawa. Karena dari SD sampai SMA saya memang bersekolah di daerah jawa tepatnya di Yogyakarta. Dan yang dipelajari dalam mata pelajaran tersebut adalah wayang dan cerita wayang lengkap. Wayang itu merupakan kebudayaan asli jawa, dahulu kala wayang dipergunakan oleh para wali songo untuk menyebarkan dan mengajarkan islam. Cerita wayang itu sendiri berasal dari India yaitu ada cerita Mahabharata, Ramayana dan lain – lain. Lalu oleh para wali songo, ceritanya dimodifikasi sesuai dengan budaya jawa. Sebenarnya tujuan utamanya adalah untuk menyebarkan dan mengajarkan islam kepada masyarakat. Bisa kita bayangkan bagaimana kreatifnya para wali songo dalam membuat dan memodifikasi cerita asli India menjadi suatu cerita untuk mengajarkan agama. Cerita dalam wayang sangatlah bagus dan mengandung pesan – pesan kehidupan. Seperti Mahabharata menceritakan tentang perang saudara antara Pandhawa dan Kurawa. Cerita Mahabharata mengajarkan agar kita harus adil dengan saudara kita, kita tidak boleh seenaknya saja dengan saudara kita. Lalu jika kita ingin mendapatkan sesuatu maka kita harus memperjuangkannya dengan penuh semangat dan kejujuran. Dengan perjuangan yang penuh semangat dan jujur, maka akan membuahkan hasil. Masih banyak lagi sebenarnya pesan yang bisa dipetik dari cerita wayang Mahabharata. Dalam cerita wayang banyak sekali seri – serinya, oleh karena itu ketika ada pertunjukan wayang pasti yang diambil hanya satu seri cerita. Jika semua diceritakan pasti tidak akan selesai dalam waktu semalam. Dan yang lebih menarik lagi para wali songo memodifikasi cerita misalnya dengan mengubah nama – nama para Pandhawa. Seperti Arjuna menjadi Janaka yang dalam bahasa arab Jannah berarti surga. Lalu para wali juga menambah sosok Punakawan, dalam cerita India Punakawan itu tidak ada. Punakawan merupakan pengasuh para Pandhawa semasa kecil, mereka adalah abdi dalem istana Hastinapura. Punakawan terdiri dari empat orang yang memiliki sifat setia, baik kepada para Pandhawa dan loyal kepada istana Hastinapura. Mereka adalah Bagong, Semar, Petruk dan Gareng. Mereka memiliki ciri khas masing – masing. Dan menurut saya hal yang paling menarik dan kreatif adalah ditambahkannya sosok Punakawan dalam cerita tersebut. Lalu untuk selanjutnya ada cerita Ramayana. Ramayana menceritakan tentang percintaan antara pangeran Rama dan Dewi Shinta. Dewi Shinta kemudian diculik oleh raksasa jahat yaitu Rahwana. Untuk menyelamatkan Dewi Shinta, Rama dibantu oleh adiknya yaitu Laksmana dan Hanoman yang merupakan kera putih anak dari Dewi Anjani. Dan akhirnya Rama berhasil menyelamatkan istrinya tersebut. Ketika diculik Dewi Shinta akan dinikahi oleh Rahwana, namun Dewi Shinta memilih untuk mati saja daripada dia harus mengkhianati suaminya. Dewi Shinta merupakan seorang wanita cantik yang sangat setia kepada suaminya. Dari cerita tersebut dapat diambil pesan – pesan moralnya. Yaitu semua kejahatan pasti akan terkalahkan dengan kebaikan, kita sebagai saudara harus saling membantu, seekor kera saja mampu membantu manusia. Lalu yang terpenting adalah kita harus setia dengan pasangan kita, walaupun itu taruhannya nyawa. Nah selain ceritanya yang memiliki banyak pesan moral, wayang pun juga bentuknya sangat unik dan menarik. Dan saya pun juga tidak hafal dengan semua bentuk dan nama – nama wayangnya. Kenapa saya memberi judul ini “Kulo remen Ringgit”? kulo remen ringgit dalam bahasa jawa artinya adalah saya suka wayang. Saya sangat cinta dengan kebudayaan yang ada di Indonesia ini, saya sangat bangga bisa menjadi generasi penerus untuk melestarikan kebudayaan yang ada.  

Rasulan



Apa sih itu rasulan? Pasti orang mengira rasulan itu berasal dari kata rasul atau mungkin mereka berfikir ada hubungannya dengan Rasul Allah. Tapi untuk dikampung saya, rasulan itu merupakan tradhisi atau kebudayaan. Rasulan itu merupakan ungkapan rasa syukur masyarakat kepada Sang Pencipta atas limpahan rezeki atau hasil panen yang diterima. Rasulan bisa juga disebut dengan bersih desa. Acara rasulan tersebut biasanya seperti party atau pesta besar-besaran di sebuah kampung yang dilakukan oleh semua masyarakat kampung tersebut. Di kampung saya yaitu bernama Desa Wareng daerah Wonosari, Gunungkidul, DI Yogyakarta kemarin tanggal 25 Agustus 2014 tepatnya hari Senin Legi mengadakan acara rasulan. Tradhisi rasulan rutin diadakan setahun sekali, tetapi untuk tanggalnya selalu berbeda-beda sesuai dengan kesepakatan perangkat desa dan masyarakat. Acara tersebut merupakan ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan rezeki dan panen yang diterima masyarakat. Perlu diketahui sebelumnya, masyarakat Desa Wareng memang sebagian besar adalah petani. Jadi kalau hasil panennya melimpah mereka akan sangat bersyukur dan sangat senang ketika rasulan. Sebelum diadakannya acara rasulan biasanya dimusyawarahkan terlebih dahulu oleh perangkat desa dan masyarakat. Biasanya masyarakat akan dimintai uang sebagai patungan untuk acara tersebut. Acara rasulan terjadi selama 2 hari 2 malam bahkan lebih. Biasanya ketika rasulan bertepatan dengan 17 Agustusan, maka untuk perayaannya pun digabung agar lebih meriah. Ketika sebelum hari puncaknya pun biasanya akan diadakan berbagai lomba. Ada lomba sepak bola, volley, balap karung, lalu untuk anak – anak kecil akan diadakan lomba menggambar, mewarnai, melukis dan lain – lain. Banyak sekali yang ikut berpartisipasi dalam perayaan tersebut. Lalu hari berikutnya ada acara dangdutan dan campursarian tentunya dengan mengundang para artis dari daerah setempat juga. Biasanya acara dangdutan dan campursarian itulah yang paling ramai penonton. Lalu pada hari puncaknya para masyarakat akan melakukan kirab atau pawai keliling desa. Sebelum kirab, masyarakat membuat nasi tumpeng lengkap beserta lauknya dan juga ayam ingkung. Makanan – makanan tersebut lalu dibawa ke balai desa untuk didoakan dan setelah itu saling bertukar makanan tersebut. Tukar – menukar makan tersebut tujuannya agar bisa mencicipi makanan dari masyarakat lain dan juga agar lebih akrab lagi. Pada saat perayaan rasulan tanggal 25 Agustus 2014 kemarin pun saya ikut berpartisipasi, saya ikut kirab keliling desa. Yang akan ikut kirab pun harus didandani, para perempuan harus memakai kebaya dan yang laki – laki harus memakai baju surjan dan blangkon. Propertinya pun banyak sekali. Di Desa Wareng terbagi menjadi 6 padukuhan dan agar lebih meriah lagi, para perangkat desa pun mengadakan lomba kirab. Lomba tersebut akan diikuti oleh 6 padukuhan yaitu, Wareng 1, Wareng 2, Wareng 3, Wareng 4, Singkar 1 dan Singkar 2. Agar lebih meriah dan kompak maka setiap padukuhan harus mengerahkan setiap warganya untuk ikut kirab. Semakin banyak yang ikut kirab, maka semakin bagus. Pada kirab tersebut ada berbagai cabang, yaitu ada cabang olahraga, kesenian, pertanian, ibu – ibu PKK, keagamaan dan masih banyak lagi. Pada saat itu saya ikut yang ibu – ibu PKK karena memang kekurangan personil. Saya sangat senang bisa ikut berpartisipasi dalam kirab budaya pada acara rasulan tersebut. Kirabnya pun sangat ramai, meriah dan kreatif semua. Dan Alhamdulillah padukuhan tempat tinggal saya mendapat juara 2 karena kami sangat kreatif dan kompak. Setelah acara kirab, ada banyak sekali tontonan. Ada reog, jathilan, ledhek, jaran kepang dan lain – lain. Lalu malamnya ada pertunjukan wayang kulit. Pertunjukan wayang kulit tersebut diadakan dari malam sampai pagi. Saya juga suka menonton wayang, tetapi ketika rasa kantuk pun menyerang saya lebih memilih pulang. Dari acara rasulan tersebut hal yang bisa saya petik adalah suatu kekompakan itu sangat perlu. Walaupun hanya setahun sekali, tetapi setidaknya warga sekampung bisa merayakan rasulan tersebut agar bisa lebih menyatu, kompak, loyal dan akrab. Lalu hal yang paling penting adalah perlunya mengekspresikan rasa syukur kita kepada Sang Pencipta atas segala kenikmatan yang telah diberikan. Itulah hal – hal yang menurut saya rasulan itu sangat menarik untuk diceritakan, diapresiasikan dan dilestarikan. Lestarikan budaya daerah.



















Gunungkidul Handayani



Bagi orang yang suka travelling pasti tahu daerah Gunungkidul, yaitu salah satu kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul adalah tempat lahir saya, tepatnya di daerah Wonosari. Setiap liburan dan hari raya saya pasti menyempatkan diri untuk pulang ke kampung halaman saya itu. Di Gunungkidul ini banyak sekali tempat wisata, terutama yang berbau air seperti pantai, air terjun, sungai dan masih banyak lagi. Menurut saya Gunungkidul merupakan tempat yang sangat indah dan menarik. Kenapa dinamakan “Gununungkidul’? Karena letaknya ada di dataran tinggi, lumayan jauh dari Jogja kota. Gunungkidul dibagi lagi menjadi beberapa wilayah diantaranya Wonosari, Karangmojo, Playen, Semin, Ngawen, Tepus, Semanu dan masih banyak lagi, oleh karena itu wilayah Gunungkidul memang sangat luas. Tempat wisata disana sebagian besar pantai. Ada Pantai Baron, Pantai Krakal, Pantai Kukup, Pantai Drini, Pantai Sundak, Pantai Sepanjang, Pantai Ngrenehan dan masih banyak lagi, saya tidak bisa menyebutkan satu-persatu. Menurut suatu web yang pernah saya baca ada sekitar 70 pantai di Daerah Gunungkidul. Dan saya pun baru mengunjungi 3 dari 70 pantai tersebut, entah kapan saya akan mengunjungi semua pantai yang ada di Gunungkidul tersebut. Memang masih banyak juga pantai disana yang belum begitu terkenal. Selain pantai, ada juga goa, air terjun dan sungai. Untuk goa setahu saya Goa Pindul yang sangat terkenal. Kalau air terjun setahu saya ada air terjun Nglanggeran, kalau untuk sungai ada Sungai Jonge yang terletak di daerah Semanu, konon sungai tersebut tidak pernah kering. Itulah beberapa tempat wisata di Gunungkidul. Selain tempat wisata, yang menurut saya sangat menarik dari Gunungkidul itu adalah kebudayaannya. Banyak sekali budaya disana. Ada rasulan atau bersih desa, mitoni, selapanan, maulidan dan masih banyak lagi. Untuk rasulan atau bersih desa itu merupakan bentuk rasa syukur masyarakat kepada Allah SWT atas hasil panen yang telah diterima. Perlu diketahui bahwa sebagian masyarakat daerah kampungnya adalah petani. Tetapi untuk saat ini sudah banyak kemajuan, masyarakatnya pun banyak yang sudah bekerja sambilan yaitu berdagang. Rasulan tersebut diadakan setahun sekali dan setiap daerah beda-beda waktunya. Seperti daerah Wareng yang terletak di Wonosari, Gunungkidul mengadakan rasulan pada tanggal 25 Agustus 2014 kemarin yang jatuh pada hari Senin Legi. Bisa saja tahun 2014 tanggal 25 Agustus, tapi nanti tahun 2015 pasti beda lagi tanggalnya tergantung kesepakatan para perangkat desa dan masyarakat. Lalu ada tradhisi mitoni, yaitu tradhisi tujuh bulanan bagi ibu yang sedang hamil anak pertama. Selanjutnya ada tradhisi selapanan, yaitu tradhisi tasyakuran anak bayi yang telah lahir dan baru berusia 35 hari. Tradhisi maulidan biasanya para masyarakat masak nasi tumpeng lengkap beserta lauknya dan setelah itu mambawa nasi tumpeng itu ke balai desa untuk di doakan oleh seorang yang ahli agama. Setelah didoakan lalu nasi tumpeng tersebut ditukar-tukar, dengan tujuan agar semua masyarakat bisa mencicipi makanan masyarakat lain atau agar bisa membuat masyarakat lebih akrab dan loyal dengan para tetangga. Sebenarnya masih banyak lagi kebudayaan atau tradhisi yang ada di Gunungkidul namun saya tidak bisa menuliskannya semua. Bahkan teman saya yang sangat cinta dengan Gunungkidul membuat kaos yang bertuliskan “South Mountain” yaitu bahasa Inggris dari Gunungkidul. Selain keuntungan finansial, tujuan utama dibuatnya kaos tersebut adalah untuk mempromosikan Gunungkidul kepada semua orang. Dan Alhamdulillah lumayan banyak juga yang membelinya. Itulah hal-hal yang menurut saya Gunungkidul merupakan suatu tempat yang indah dan juga menarik untuk diceritakan dan diapresiasikan. Sampai-sampai ibu saya pun menginginkan saya untuk menjadi bupati Gunungkidul agar bisa membawa Gunungkidul menjadi lebih baik, lebih makmur, lebih tentram dan yang terutama lebih maju. Namun perjalanan saya masih jauh, masih sangat belum pantas dan belum bisa menjadi seorang bupati, tetapi itu adalah sebuah keinginan atau harapan seorang ibu kepada anaknya.